SELAMAT DATANG DI BLOG SAYA SILAHKAN KUNJUNGI AKUN YOUTUBE SAYA-->>> ADHY MUHAMMADSILAHKAN DI BACA SEMUA TERIMAKASIH TELAH BERKUNJUNG

Friday, November 25, 2016



                          SUKU MINANG





Berdasarkan hasil penelitian ahli sejarah, bahwa kedatangan bangsa Minangkabau adalah pada zaman perungggu atau logam pada tahun 500 SM, dimana terjadinya perpindahan penduduk dari daratan Asia Selatan ke Nusantara, penduduk ini berkebudayaan perunggu (dongson) karena pusat kebudayaan Perunggu tersebut berada di Dongson wilayah Tonkin China.
Berbeda dengan ras proto melayu bermigrasi ke Nusantara tahun 2000-2500 SM (belumn mengenal logam) zaman batu tengan (mesolithic) tahun 5000-1000 SM tahun silam masuknya arus penduduk dan kebudayaan dari Asia.
Madelaini Colani,ahli sejarah Perancis mengemukakan pusat Mesolithic di pegununugan bascon di wilayah Tonkin (ras papua melanosoid)percampuran ras ini dengan ras austronesia, ras austronesia membawa kebudayaan Neolithic.
Pada zaman Mesolithic masuk ke pantai Sumatera ras weda dan ras negrito kedua ras ini telah ada sebelun ras melayu datang. Inilah sisa – sisa yang tak mau bercampur mereka menjadi orang kubu,talang mamak dan berkelana di hutan,bahasa Minang menyebutkan urang nan bajawikan raso,baatokan sikai,badindiang bamo kayu Prof.Drs Sukarno (ahli purbakala) orang minang kabau datang dari India belakang pada saat kedatangan rombongan ke 2 dan orang Minangkabau adalah ras melayu muda (dentra melayu).
Asal Usul Kata Melayu dan Minangkabau
Prof.Dr.Husain Naimar, guru besar antropologi Universitas Madras menerangkan bahwa kata melayu berasal dari bahasa Tamil.Malai berarti gunung, malaiur adalah suatu suku bangsa pegunungan dan sebutan malaiur fonetis menjadi melayu. Penduduk sebelah pesisir selatan pegunungan Dekkan adalah orang malabar,orang minangkabau menyebutnya malabari. Malayalam adalah bahasa yang dipergunakan oleh suku bangsa dravida yang mendiami pegunungan. Di minangkabau menurut penelitian Prof.Husein Naimar banyak terdapat kata-kata tamil dan sanskerta hal ini membuktikan adanya hubungan sejarah antara Minangkabau dan Malabar.
Di Malabar pun sistem masyarakatnya juga menurut garis keibuan dan pusako tinggi turun dari mamak ke kemanakan. Prof. Yean quisiner dari salah satu universitas di Pris meneliti ke minangkabau , mendaptkan adanya hubungan antara Minangkabau dengan Burma, Muangthai,Kamboja dan Vietnam bukti adanya hubungan terlihat dari kata pagaruyung paga (suku matriakat seprti juga dijumpai pada suku khazi, malabar dan lainnya) “ru” artinya pusat “yung” (danyun)artinya kerapatan, jadi Pagaruyung dapat diartikan pusat kerapatan suku yang menganut sistem keibuan durian ditakuak rajo adalah perobahan fonetik dari durum patakai raya.

Du : kata bilangan dua/seluruhnya
Rum : kerekel/pasir
Pataka : dataran pantai
Raya : luas/besar
Masa sejarah digolongkan kepada masa setelah adanya tulisan pada benda peninggaklan sejarah seprti prasati, candi dan sebagainya, masa sejarah tidak sama untuk setiap suku bangsa contoh misalnya bangsa Mesir memulai masa sejarahnya setelah 4000 SM, bangsa India 3000 SM dan Indonesia 400 SM., 500-300 SM dari India selatan mereka mengarungi samudera memasuki pantai timur Sumatera antara lain Muara Kampar bersama dengan itu suku bangsa dari Birma, Kamboja, Vietnam melalui lembah sungai Irawali.
Perpindahan ini berjalan bertahun-tahun bahkan berabad-abad dua kelompok ini sama-sama mempunyai ikatan matrilinear ada kelompok yang mencari aliran sungai pada saat perpindahan ini apa yang terjadi di belahan dunia yang sudah lama memasuki zaman logam antara lain dapat kita jelaskan sebagai berikut :
India berkembang agama budha yang dibawa Sidharta Gautama (563-483 SM). Gautama adalah putera Raja Sudhodana dari kerajaan Kavilawastu yang wilayahnya meliputi Nepal, Bhutan dan Sikkin, 1600 SM di India sudah pula berkembang agama Hindu (mahabratha). China di kala itu dikuasai Dinasti Chou tahun 1050-256 SM waktu itu hidup filosof Konfutse, Laotse dan Mengtse
Kedua daerah itu adalah tempat turunnya ras dentro malayutermasuk Minangkabau, dapat dipastikan gelombang 2 yang datang 500-400 SM beragama Budha dan Hindu, dilihat secara kontekstual kemungkinan mereka yang turun dari Burma, Kamboja dan Thailand sebagai embrio suku besar melayu di Minangkabau (suku melayu di Minangkabau adalah Melayu, Bendang, Kampai, Mandahiling dan Panai) dan mereka yang datang dari India Selatan (pantai timur) adalah embrio suku Jambak, Pitopang, Salokutiannyia, Bulukasok dan Banuhampu atau sebaliknya namun kedua kelompok ini disbut sebagai Melayu Continental.
Dalam rentang waktu 500-400 SM itu mereka telah membentuk kekuasaan budaya seperti raja gunung dan raja sungai agama Budha sudah dikembangkan pada saat itu kemungkinan saja pada periode ini mereka sudah sampai ke hulu Batang Kampar, hulu Batang Rokan, hulu Batanghari dan hulu sungai lainnya.
Situasi kehidupan masyarakat waktu itu hidup dengan berdagang, sawah dan mulai berkembang pertambangan emas dan hasil hutan lainnya, ada yang berpendapat sudah ada terbentuk nagari sumkayam atau nagari Minangkabau sekarang tetapi akhirnya dibantah oleh karena konsep nagari baru muncul setelah rombongan kedua datang ke Minangkabau.
Ada pertanyaan dengan apa mereka menyelusuri dataran tinggi Minagkabau jawabannya adalah dengan kerbau oleh karena agama yang dianutnya perlu menyayangi binatang kerbau,gajah, lembu , sehingga dari kerbau ini mereka dapat mengembangkannya permainan rakyat melalui adu kerbau. Dr Nooteboom memperkuat alasan tentang kegiatan berlayar yang dimiliki oleh ahli Yunani zaman purba Strabo dan Pilinius bukanlah Srilangka akan tetapi adalah Sumatera atas dasar itu Dr Nooteboom(pengikut zulkarnain) ketika ia berlabuh di India berarti sudah ada hubungan Minangkabau dengan India berkenaan waktunya adalah 336 SM
Asal-usul Nama Minangkabau :
a. Drs Zuhir Usman bahwa di dalam hikayat raja-raja Pasai Minagkbau diartikan menang
adu kerbau
b. Hal ini mendapat bantahan dari Prof.Dr. Purbacaraka hal ini bersifat legenda
beliau mengatakan bahwa Minagkabau berasal dari Minangtamwan artinya pertemuan dua
muara sungai.
c. Prof Van de Tuuk menerangkan bahwa Minangkabau asalnya dari Pinang Khabu yang
artinya tanah asal
d. Prof Dr Husein Naimar menyatakan bahwa Minagkabau adalah perubahan fonetik dari
menonkhabu bahsa tamil yang artinya tanah pangkal.
Terimakasih dan jangan lupa senyum.

Wednesday, November 23, 2016



"Perjuangan Seorang Ayah"


Anda Luar Biasa Ayah...

Suatu ketika, ada seorang anak wanita bertanya kepada Ayahnya, tatkala tanpa sengaja dia melihat Ayahnya sedang mengusap wajahnya yang mulai berkerut-merut dengan badannya yang terbungkuk-bungkuk, disertai suara batuk-batuknya. Anak wanita itu bertanya pada ayahnya:
“Ayah , mengapa wajah Ayah kian berkerut-merut dengan badan Ayah yang kian hari kian terbungkuk?”
Demiki
an pertanyaannya, ketika Ayahnya sedang santai di beranda.
Ayahnya menjawab : “Sebab aku Laki-laki.” Itulah jawaban Ayahnya. Anak wanita itu berguman : ” Aku tidak mengerti.”
Dengan kerut-kening karena jawaban Ayahnya membuatnya tercenung rasa penasaran. Ayahnya hanya tersenyum, lalu dibelainya rambut anak wanita itu, terus menepuk nepuk bahunya, kemudian Ayahnya mengatakan :
“Anakku, kamu memang belum mengerti tentang Laki-laki.”
Demikian bisik Ayahnya, membuat anak wanita itu tambah kebingungan. Karena penasaran, kemudian anak wanita itu menghampiri, Ibunya lalu bertanya :
“Ibu mengapa wajah ayah menjadi berkerut-merut dan badannya kian hari kian terbungkuk? Dan sepertinya Ayah menjadi demikian tanpa ada keluhan dan rasa sakit?”
Ibunya menjawab: “Anakku, jika seorang Laki-laki yang benar-benar bertanggung jawab terhadap keluarga itu memang akan demikian.”
Hanya itu jawaban Sang Bunda.
Anak wanita itupun kemudian tumbuh menjadi dewasa, tetapi dia tetap saja penasaran. Hingga pada suatu malam, anak wanita itu bermimpi. Di dalam mimpi itu seolah-olah dia mendengar suara yang sangat lembut, namun jelas sekali. Dan kata-kata yang terdengar dengan jelas itu ternyata suatu rangkaian kalimat sebagai jawaban rasa penasarannya selama ini.
“Saat Ku-ciptakan Laki-laki, aku membuatnya sebagai pemimpin keluarga serta sebagai tiang penyangga dari bangunan keluarga, dia senantiasa akan menahan setiap ujungnya, agar keluarganya merasa aman teduh dan terlindungi. ”
“Ku-ciptakan bahunya yang kekar dan berotot untuk membanting tulang menghidupi seluruh keluarganya dan kegagahannya harus cukup kuat pula untuk melindungi seluruh keluarganya.”
“Ku-berikan kemauan padanya agar selalu berusaha mencari sesuap nasi yang berasal dari tetesan keringatnya sendiri yang halal dan bersih, agar keluarganya tidak terlantar, walaupun seringkali dia mendapatkan cercaan dari anak-anaknya. ”
“Kuberikan Keperkasaan dan mental baja yang akan membuat dirinya pantang menyerah, demi keluarganya dia merelakan kulitnya tersengat panasnya matahari, demi keluarganya dia merelakan badannya basah kuyup kedinginan karena tersiram hujan dan hembusan angin, dia relakan tenaga perkasanya terkuras demi keluarganya dan yang selalu dia ingat, adalah disaat semua orang menanti kedatangannya dengan mengharapkan hasil dari jerih payahnya.”
“Ku berikan kesabaran, ketekunan serta keuletan yang akan membuat dirinya selalu berusaha merawat dan membimbing keluarganya tanpa adanya keluh kesah, walaupun disetiap perjalanan hidupnya keletihan dan kesakitan kerap kali menyerangnya.”
“Ku berikan perasaan keras dan gigih untuk berusaha berjuang demi mencintai dan mengasihi keluarganya, didalam kondisi dan situasi apapun juga, walaupun tidaklah jarang anak-anaknya melukai perasaannya melukai hatinya. Padahal perasaannya itu pula yang telah memberikan perlindungan rasa aman pada saat dimana anak-anaknya tertidur lelap. Serta sentuhan perasaannya itulah yang memberikan kenyamanan bila saat dia sedang menepuk-nepuk bahu anak-anaknya agar selalu saling menyayangi dan mengasihi sesama saudara.”
“Ku-berikan kebijaksanaan dan kemampuan padanya untuk memberikan pengetahuan padanya untuk memberikan pengetahuan dan menyadarkan, bahwa Istri yang baik adalah Istri yang setia terhadap Suaminya, Istri yang baik adalah Istri yang senantiasa menemani, dan bersama-sama menghadapi perjalanan hidup baik suka maupun duka, walaupun seringkali kebijaksanaannya itu akan menguji setiap kesetiaan yang diberikan kepada Istri, agar tetap berdiri, bertahan, sejajar dan saling melengkapi serta saling menyayangi.”
“Ku-berikan kerutan diwajahnya agar menjadi bukti bahwa Laki-laki itu senantiasa berusaha sekuat daya pikirnya untuk mencari dan menemukan cara agar keluarganya bisa hidup di dalam keluarga bahagia, dan BADANNYA YANG TERBUNGKUK agar dapat membuktikan, bahwa sebagai laki-laki yang bertanggungjawab terhadap seluruh keluarganya, senantiasa berusaha mencurahkan sekuat tenaga serta segenap perasaannya, kekuatannya, keuletannya demi kelangsungan hidup keluarganya. ”
“Ku-berikan Kepada Laki-laki tanggung jawab penuh, sebagai Pemimpin keluarga, sebagai Tiang penyangga, agar dapat dipergunakan dengan sebaik-baiknya. dan hanya inilah kelebihan yang dimiliki oleh laki-laki, walaupun sebenarnya tanggung jawab ini adalah Amanah di Dunia dan Akhirat.”
Terbangun anak wanita itu, dan segera dia berlari, berlutut dan berdoa hingga menjelang subuh. Setelah itu dia hampiri bilik Ayahnya yang sedang berdoa, ketika Ayahnya berdiri anak wanita itu merengkuh dan mencium telapak tangan Ayahnya.
“AKU MENDENGAR & MERASAKAN BEBANMU, AYAH.”
Dunia ini memiliki banyak keajaiban, segala ciptaan Tuhan yang begitu agung, tetapi tak satu pun yang dapat menandingi keindahan tangan Ayah…

Terimakasih..

Sunday, November 20, 2016

Kenapa Harus Nikah Muda?

Ini dia 5 alasan mengapa harus nikah muda...
Menikah bagi umat Islam merupakan sebuah ibadah yang memiliki nilai yang tinggi, karena dalam pernikahan banyak sekali ibadah yang bisa dilakukan selain itu juga bisa menjadi jalan dakwah. Diawali dengan sebuah akad yang lebih dikenal dengan ijab dan kobul yang sakral.
“Wahai pemuda, barangsiapa di antara kalian telah mampu maka hendaknya menikah, karena ia lebih menundukkan pandangan dan lebih memelihara kemaluan. Dan barangsiapa yang belum mampu, maka hendaknya ia berpuasa, sebab ia dapat mengekangnya.” (HR. Bukhari)
Dari sebuah hadist tersebut Rasulullah memerintahkan bagi umatnya yang telah siap menikah untuk bersegera dalam menikah. Mampu yang dimaksud dalam hadist tersebut yakni mampu secara fisik, mental, dan juga mampu juga secara finansial. Biasanya usia ideal untuk menikah adalah usia 18 sampai 25 tahun.
Menikah pada usia muda merupakan hal biasa bagi sebagian orang tetapi di kalangan orang tertentu menikah muda dianggap hal yang tabu. Ketika ada yang menikah pada usia muda banyak sekali kecurigaan dari masyarakat, biasanya akan muncul banyak pertanyaan:
“Kenapa minta nikah muda? jangan-jangan sudah….”
“Mau ngasih anak makan apa? masih kecil sudah minta nikah…”
“Belajar dulu, cari kerja dulu biar mapan baru menikah..”
Mungkin itulah beberapa pertanyaan atau berbagai alasan seputar menikah diusia muda. Sebelum memutuskan untuk menikah muda, sebaiknya simak dulu alasan kenapa harus menikah diusia muda.

Menjaga Diri Serta Menundukan Pandangan

Salah satu alasan kuat untuk menikah muda adalah semakin bebasnya pergaulan remaja masa kini dan semakin banyaknya wanita yang cara berpakaiannya tidak lagi sesuai dengan yang diajarkan agama. Sulit sekali untuk menahan pandangan di zaman sekarang, tentu hal ini akan berbahaya bagi kaum bujang. Pacaran dijadikan solusi yang diambil untuk meredam syahwatnya, sehingga hubungan tanpa komitmen ini menjadi lifestyle anak muda sekarang.
Hal inilah yang akan menjadi jalan bagi setan untuk menjerusmuskan manusia dalam jurang kenistaan, sehingga banyak sekali yang terjebak dalam perzinaan. Bagi seorang muslim tentu tidak menghendaki hal seperti itu bukan? Oleh karena menikah diusia muda merupakan salah satu usaha untuk melindungi serta menjaga diri dari berbagai godaan dan rayuan yang menjerumuskan ke dalam kenistaan.

Membantu Percepatan Kesuksesan Diusia Muda

Salah satu manfaat dari menikah adalah ditambahnya limpahan rezeki dari Allah. Hal itu bisa dilihat dari kebanyakan orang yang sukses dalam bidang-bidang tertentu telah menikah diusia dini. Ketika menikah maka motivasi serta dorongan untuk sukses akan meningkat, apalagi bila ada support dari pasangan tentu akan memudahkan dalam menggapai impian.
“Dan, kawinkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu, dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin, Allah akan memampukan mereka dengan karunia-Nya. Dan, Allah Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha mengetahui” (Q.S : An-nur : 23)
Masa muda yang memiliki semangat membara serta emosi yang meluap-luap akan lebih bisa dikontrol ketika sudah menikah. Apalgi bila telah dikaruniai seorang anak, akan menambah energi untuk bergerak menuju kesuksesan.

Lebih Bisa Menikmati “Bercinta”

Salah satu nikmat dari sebuah pernikahan adalah “bercinta” yang semula haram, tetapi setelah menikah dibolehkan bahkan dijadikan sebuah ibadah yang memiliki nilai pahala. Ketika menikah diusia mudah tentu akan lebih bisa menikmatinya karena masih ada gairah dan tenaga yang berlebih, akan jauh berbeda bila dilakukan diusia yang telah menua. Selain itu ketika usia muda wanita memiliki rahim lebih kuat dan subur, sehingga akan memperbesar kemungkinan untuk memiliki anak banyak.

Waktu dan Energi yang Berkualitas untuk Anak-anak

Salah satu tujuan dari pernikahan dalam Islam adalah untuk melahirkan generasi-generasi yang sholeh. Generasi yang baik tentu tidak harus bersekolah di tempat yang mahal berlabel internasional tetapi generasi yang sholeh dilahirkan dan dibesarkan dikeluarga yang harmonis dan memiliki waktu serta energi untuk mendidik dan membimbing anak-anaknya.
Dengan menikah diusia muda bisa memberikan waktu terbaik bagi anak-anak. Selain itu diusia muda masih bisa menimba banyak ilmu seperti tentang parenting serta berbagai ilmu tentang pendidikan anak.

Bisa Menikmati Masa Tua dengan Anak-anak yang Sudah Dewasa

Alasan terkahir dari kenapa harus menikah diusia muda adalah bisa menikmati waktu tua dengan anak-anak yang telah dewasa. Bayangkan bila menikah diusia 30-40 tahun ketika sudah memasuki usia lanjut masih harus bekerja keras untuk membiayai sekolah anak-anaknya. Oleh karena itu dengan menikah diusia muda akan memudahkan dalam membiayai kebutuhan anak-anak.
Ya, itulah 5 alasan kenapa harus menikah diusia muda, tetapi jangan sampai setelah membaca tulisan ini langsung tancap gas untuk menikah. Tetapi persiapkanlah terlebih dahulu ilmu serta kebutuhan pokok dalam membina sebuah rumah tangga. Persiapkanlah sedini mungkin segala kebutuhan yang berkaitan dengan pernikahan agar bisa menikah diusia muda.
jadi teman-teman kalau sudah merasa mendapatkan yang sesuai dengan teman-teman lebih baik segerah menikah...
terimakasih...
SUAMI YANG BAIK




Cerita Ini Baik Untuk teman-teman Yang Akan Di Jodohkan..
Aku membencinya, itulah yang selalu kubisikkan dalam hatiku hampir sepanjang kebersamaan kami. Meskipun menikahinya, aku tak pernah benar-benar menyerahkan hatiku padanya. Menikah karena paksaan orangtua, membuatku membenci suamiku sendiri.
Walaupun menikah terpaksa, aku tak pernah menunjukkan sikap benciku. Meskipun membencinya, setiap hari aku melayaninya sebagaimana t
ugas istri. Aku terpaksa melakukan semuanya karena aku tak punya pegangan lain. Beberapa kali muncul keinginan meninggalkannya tapi aku tak punya kemampuan finansial dan dukungan siapapun. Kedua orangtuaku sangat menyayangi suamiku karena menurut mereka, suamiku adalah sosok suami sempurna untuk putri satu-satunya mereka.
Ketika menikah, aku menjadi istri yang teramat manja. Kulakukan segala hal sesuka hatiku. Suamiku juga memanjakanku sedemikian rupa. Aku tak pernah benar-benar menjalani tugasku sebagai seorang istri. Aku selalu bergantung padanya karena aku menganggap hal itu sudah seharusnya setelah apa yang ia lakukan padaku. Aku telah menyerahkan hidupku padanya sehingga tugasnyalah membuatku bahagia dengan menuruti semua keinginanku.
Di rumah kami, akulah ratunya. Tak ada seorangpun yang berani melawan. Jika ada sedikit saja masalah, aku selalu menyalahkan suamiku. Aku tak suka handuknya yang basah yang diletakkan di tempat tidur, aku sebal melihat ia meletakkan sendok sisa mengaduk susu di atas meja dan meninggalkan bekas lengket, aku benci ketika ia memakai komputerku meskipun hanya untuk menyelesaikan pekerjaannya. Aku marah kalau ia menggantung bajunya di kapstock bajuku, aku juga marah kalau ia memakai pasta gigi tanpa memencetnya dengan rapi, aku marah kalau ia menghubungiku hingga berkali-kali ketika aku sedang bersenang-senang dengan teman-temanku.
Tadinya aku memilih untuk tidak punya anak. Meskipun tidak bekerja, tapi aku tak mau mengurus anak. Awalnya dia mendukung dan akupun ber-KB dengan pil. Tapi rupanya ia menyembunyikan keinginannya begitu dalam sampai suatu hari aku lupa minum pil KB dan meskipun ia tahu ia membiarkannya. Akupun hamil dan baru menyadarinya setelah lebih dari empat bulan, dokterpun menolak menggugurkannya.
Itulah kemarahanku terbesar padanya. Kemarahan semakin bertambah ketika aku mengandung sepasang anak kembar dan harus mengalami kelahiran yang sulit. Aku memaksanya melakukan tindakan vasektomi agar aku tidak hamil lagi. Dengan patuh ia melakukan semua keinginanku karena aku mengancam akan meninggalkannya bersama kedua anak kami.
Waktu berlalu hingga anak-anak tak terasa berulang tahun yang ke-delapan. Seperti pagi-pagi sebelumnya, aku bangun paling akhir. Suami dan anak-anak sudah menungguku di meja makan. Seperti biasa, dialah yang menyediakan sarapan pagi dan mengantar anak-anak ke sekolah. Hari itu, ia mengingatkan kalau hari itu ada peringatan ulang tahun ibuku. Aku hanya menjawab dengan anggukan tanpa mempedulikan kata-katanya yang mengingatkan peristiwa tahun sebelumnya, saat itu aku memilih ke mal dan tidak hadir di acara ibu. Yaah, karena merasa terjebak dengan perkawinanku, aku juga membenci kedua orangtuaku.
Sebelum ke kantor, biasanya suamiku mencium pipiku saja dan diikuti anak-anak. Tetapi hari itu, ia juga memelukku sehingga anak-anak menggoda ayahnya dengan ribut. Aku berusaha mengelak dan melepaskan pelukannya. Meskipun akhirnya ikut tersenyum bersama anak-anak. Ia kembali mencium hingga beberapa kali di depan pintu, seakan-akan berat untuk pergi.
Ketika mereka pergi, akupun memutuskan untuk ke salon. Menghabiskan waktu ke salon adalah hobiku. Aku tiba di salon langgananku beberapa jam kemudian. Di salon aku bertemu salah satu temanku sekaligus orang yang tidak kusukai. Kami mengobrol dengan asyik termasuk saling memamerkan kegiatan kami. Tiba waktunya aku harus membayar tagihan salon, namun betapa terkejutnya aku ketika menyadari bahwa dompetku tertinggal di rumah. Meskipun merogoh tasku hingga bagian terdalam aku tak menemukannya di dalam tas. Sambil berusaha mengingat-ingat apa yang terjadi hingga dompetku tak bisa kutemukan aku menelepon suamiku dan bertanya.
“Maaf sayang, kemarin Farhan meminta uang jajan dan aku tak punya uang kecil maka kuambil dari dompetmu. Aku lupa menaruhnya kembali ke tasmu, kalau tidak salah aku letakkan di atas meja kerjaku.” Katanya menjelaskan dengan lembut.
Dengan marah, aku mengomelinya dengan kasar. Kututup telepon tanpa menunggunya selesai bicara. Tak lama kemudian, handphoneku kembali berbunyi dan meski masih kesal, akupun mengangkatnya dengan setengah membentak. “Apalagi??”
“Sayang, aku pulang sekarang, aku akan ambil dompet dan mengantarnya padamu. Sayang sekarang ada dimana?” tanya suamiku cepat , kuatir aku menutup telepon kembali. Aku menyebut nama salonku dan tanpa menunggu jawabannya lagi, aku kembali menutup telepon. Aku berbicara dengan kasir dan mengatakan bahwa suamiku akan datang membayarkan tagihanku. Si empunya Salon yang sahabatku sebenarnya sudah membolehkanku pergi dan mengatakan aku bisa membayarnya nanti kalau aku kembali lagi. Tapi rasa malu karena “musuh”ku juga ikut mendengarku ketinggalan dompet membuatku gengsi untuk berhutang dulu.
Hujan turun ketika aku melihat keluar dan berharap mobil suamiku segera sampai. Menit berlalu menjadi jam, aku semakin tidak sabar sehingga mulai menghubungi handphone suamiku. Tak ada jawaban meskipun sudah berkali-kali kutelepon. Padahal biasanya hanya dua kali berdering teleponku sudah diangkatnya. Aku mulai merasa tidak enak dan marah.
Teleponku diangkat setelah beberapa kali mencoba. Ketika suara bentakanku belum lagi keluar, terdengar suara asing menjawab telepon suamiku. Aku terdiam beberapa saat sebelum suara lelaki asing itu memperkenalkan diri, “selamat siang, ibu. Apakah ibu istri dari bapak armandi?” kujawab pertanyaan itu segera. Lelaki asing itu ternyata seorang polisi, ia memberitahu bahwa suamiku mengalami kecelakaan dan saat ini ia sedang dibawa ke rumah sakit kepolisian. Saat itu aku hanya terdiam dan hanya menjawab terima kasih. Ketika telepon ditutup, aku berjongkok dengan bingung. Tanganku menggenggam erat handphone yang kupegang dan beberapa pegawai salon mendekatiku dengan sigap bertanya ada apa hingga wajahku menjadi pucat seputih kertas.
Entah bagaimana akhirnya aku sampai di rumah sakit. Entah bagaimana juga tahu-tahu seluruh keluarga hadir di sana menyusulku. Aku yang hanya diam seribu bahasa menunggu suamiku di depan ruang gawat darurat. Aku tak tahu harus melakukan apa karena selama ini dialah yang melakukan segalanya untukku. Ketika akhirnya setelah menunggu beberapa jam, tepat ketika kumandang adzan maghrib terdengar seorang dokter keluar dan menyampaikan berita itu. Suamiku telah tiada. Ia pergi bukan karena kecelakaan itu sendiri, serangan stroke-lah yang menyebabkan kematiannya. Selesai mendengar kenyataan itu, aku malah sibuk menguatkan kedua orangtuaku dan orangtuanya yang shock. Sama sekali tak ada airmata setetespun keluar di kedua mataku. Aku sibuk menenangkan ayah ibu dan mertuaku. Anak-anak yang terpukul memelukku dengan erat tetapi kesedihan mereka sama sekali tak mampu membuatku menangis.
Ketika jenazah dibawa ke rumah dan aku duduk di hadapannya, aku termangu menatap wajah itu. Kusadari baru kali inilah aku benar-benar menatap wajahnya yang tampak tertidur pulas. Kudekati wajahnya dan kupandangi dengan seksama. Saat itulah dadaku menjadi sesak teringat apa yang telah ia berikan padaku selama sepuluh tahun kebersamaan kami. Kusentuh perlahan wajahnya yang telah dingin dan kusadari inilah kali pertama kali aku menyentuh wajahnya yang dulu selalu dihiasi senyum hangat. Airmata merebak dimataku, mengaburkan pandanganku. Aku terkesiap berusaha mengusap agar airmata tak menghalangi tatapan terakhirku padanya, aku ingin mengingat semua bagian wajahnya agar kenangan manis tentang suamiku tak berakhir begitu saja. Tapi bukannya berhenti, airmataku semakin deras membanjiri kedua pipiku. Peringatan dari imam mesjid yang mengatur prosesi pemakaman tidak mampu membuatku berhenti menangis. Aku berusaha menahannya, tapi dadaku sesak mengingat apa yang telah kuperbuat padanya terakhir kali kami berbicara.
Aku teringat betapa aku tak pernah memperhatikan kesehatannya. Aku hampir tak pernah mengatur makannya. Padahal ia selalu mengatur apa yang kumakan. Ia memperhatikan vitamin dan obat yang harus kukonsumsi terutama ketika mengandung dan setelah melahirkan. Ia tak pernah absen mengingatkanku makan teratur, bahkan terkadang menyuapiku kalau aku sedang malas makan. Aku tak pernah tahu apa yang ia makan karena aku tak pernah bertanya. Bahkan aku tak tahu apa yang ia sukai dan tidak disukai. Hampir seluruh keluarga tahu bahwa suamiku adalah penggemar mie instant dan kopi kental. Dadaku sesak mendengarnya, karena aku tahu ia mungkin terpaksa makan mie instant karena aku hampir tak pernah memasak untuknya. Aku hanya memasak untuk anak-anak dan diriku sendiri. Aku tak perduli dia sudah makan atau belum ketika pulang kerja. Ia bisa makan masakanku hanya kalau bersisa. Iapun pulang larut malam setiap hari karena dari kantor cukup jauh dari rumah. Aku tak pernah mau menanggapi permintaannya untuk pindah lebih dekat ke kantornya karena tak mau jauh-jauh dari tempat tinggal teman-temanku.
Saat pemakaman, aku tak mampu menahan diri lagi. Aku pingsan ketika melihat tubuhnya hilang bersamaan onggokan tanah yang menimbun. Aku tak tahu apapun sampai terbangun di tempat tidur besarku. Aku terbangun dengan rasa sesal memenuhi rongga dadaku. Keluarga besarku membujukku dengan sia-sia karena mereka tak pernah tahu mengapa aku begitu terluka kehilangan dirinya.
Hari-hari yang kujalani setelah kepergiannya bukanlah kebebasan seperti yang selama ini kuinginkan tetapi aku malah terjebak di dalam keinginan untuk bersamanya. Di hari-hari awal kepergiannya, aku duduk termangu memandangi piring kosong. Ayah, Ibu dan ibu mertuaku membujukku makan. Tetapi yang kuingat hanyalah saat suamiku membujukku makan kalau aku sedang mengambek dulu. Ketika aku lupa membawa handuk saat mandi, aku berteriak memanggilnya seperti biasa dan ketika malah ibuku yang datang, aku berjongkok menangis di dalam kamar mandi berharap ia yang datang. Kebiasaanku yang meneleponnya setiap kali aku tidak bisa melakukan sesuatu di rumah, membuat teman kerjanya kebingungan menjawab teleponku. Setiap malam aku menunggunya di kamar tidur dan berharap esok pagi aku terbangun dengan sosoknya di sebelahku.
Dulu aku begitu kesal kalau tidur mendengar suara dengkurannya, tapi sekarang aku bahkan sering terbangun karena rindu mendengarnya kembali. Dulu aku kesal karena ia sering berantakan di kamar tidur kami, tetapi kini aku merasa kamar tidur kami terasa kosong dan hampa. Dulu aku begitu kesal jika ia melakukan pekerjaan dan meninggalkannya di laptopku tanpa me-log out, sekarang aku memandangi komputer, mengusap tuts-tutsnya berharap bekas jari-jarinya masih tertinggal di sana. Dulu aku paling tidak suka ia membuat kopi tanpa alas piring di meja, sekarang bekasnya yang tersisa di sarapan pagi terakhirnyapun tidak mau kuhapus. Remote televisi yang biasa disembunyikannya, sekarang dengan mudah kutemukan meski aku berharap bisa mengganti kehilangannya dengan kehilangan remote. Semua kebodohan itu kulakukan karena aku baru menyadari bahwa dia mencintaiku dan aku sudah terkena panah cintanya.
Aku juga marah pada diriku sendiri, aku marah karena semua kelihatan normal meskipun ia sudah tidak ada. Aku marah karena baju-bajunya masih di sana meninggalkan baunya yang membuatku rindu. Aku marah karena tak bisa menghentikan semua penyesalanku. Aku marah karena tak ada lagi yang membujukku agar tenang, tak ada lagi yang mengingatkanku sholat meskipun kini kulakukan dengan ikhlas. Aku sholat karena aku ingin meminta maaf, meminta maaf pada Allah karena menyia-nyiakan suami yang dianugerahi padaku, meminta ampun karena telah menjadi istri yang tidak baik pada suami yang begitu sempurna. Sholatlah yang mampu menghapus dukaku sedikit demi sedikit. Cinta Allah padaku ditunjukkannya dengan begitu banyak perhatian dari keluarga untukku dan anak-anak. Teman-temanku yang selama ini kubela-belain, hampir tak pernah menunjukkan batang hidung mereka setelah kepergian suamiku.
Empat puluh hari setelah kematiannya, keluarga mengingatkanku untuk bangkit dari keterpurukan. Ada dua anak yang menungguku dan harus kuhidupi. Kembali rasa bingung merasukiku. Selama ini aku tahu beres dan tak pernah bekerja. Semua dilakukan suamiku. Berapa besar pendapatannya selama ini aku tak pernah peduli, yang kupedulikan hanya jumlah rupiah yang ia transfer ke rekeningku untuk kupakai untuk keperluan pribadi dan setiap bulan uang itu hampir tak pernah bersisa. Dari kantor tempatnya bekerja, aku memperoleh gaji terakhir beserta kompensasi bonusnya. Ketika melihatnya aku terdiam tak menyangka, ternyata seluruh gajinya ditransfer ke rekeningku selama ini. Padahal aku tak pernah sedikitpun menggunakan untuk keperluan rumah tangga. Entah darimana ia memperoleh uang lain untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga karena aku tak pernah bertanya sekalipun soal itu.Yang aku tahu sekarang aku harus bekerja atau anak-anakku takkan bisa hidup karena jumlah gaji terakhir dan kompensasi bonusnya takkan cukup untuk menghidupi kami bertiga. Tapi bekerja di mana? Aku hampir tak pernah punya pengalaman sama sekali. Semuanya selalu diatur oleh dia.
Kebingunganku terjawab beberapa waktu kemudian. Ayahku datang bersama seorang notaris. Ia membawa banyak sekali dokumen. Lalu notaris memberikan sebuah surat. Surat pernyataan suami bahwa ia mewariskan seluruh kekayaannya padaku dan anak-anak, ia menyertai ibunya dalam surat tersebut tapi yang membuatku tak mampu berkata apapun adalah isi suratnya untukku.
Istriku Liliana tersayang,
Maaf karena harus meninggalkanmu terlebih dahulu, sayang. maaf karena harus membuatmu bertanggung jawab mengurus segalanya sendiri. Maaf karena aku tak bisa memberimu cinta dan kasih sayang lagi. Allah memberiku waktu yang terlalu singkat karena mencintaimu dan anak-anak adalah hal terbaik yang pernah kulakukan untukmu.
Seandainya aku bisa, aku ingin mendampingi sayang selamanya. Tetapi aku tak mau kalian kehilangan kasih sayangku begitu saja. Selama ini aku telah menabung sedikit demi sedikit untuk kehidupan kalian nanti. Aku tak ingin sayang susah setelah aku pergi. Tak banyak yang bisa kuberikan tetapi aku berharap sayang bisa memanfaatkannya untuk membesarkan dan mendidik anak-anak. Lakukan yang terbaik untuk mereka, ya sayang.
Jangan menangis, sayangku yang manja. Lakukan banyak hal untuk membuat hidupmu yang terbuang percuma selama ini. Aku memberi kebebasan padamu untuk mewujudkan mimpi-mimpi yang tak sempat kau lakukan selama ini. Maafkan kalau aku menyusahkanmu dan semoga Tuhan memberimu jodoh yang lebih baik dariku.
Teruntuk Farah, putri tercintaku. Maafkan karena ayah tak bisa mendampingimu. Jadilah istri yang baik seperti Ibu dan Farhan, ksatria pelindungku. Jagalah Ibu dan Farah. Jangan jadi anak yang bandel lagi dan selalu ingat dimanapun kalian berada, ayah akan disana melihatnya. Oke, Buddy!
Aku terisak membaca surat itu, ada gambar kartun dengan kacamata yang diberi lidah menjulur khas suamiku kalau ia mengirimkan note.
Notaris memberitahu bahwa selama ini suamiku memiliki beberapa asuransi dan tabungan deposito dari hasil warisan ayah kandungnya. Suamiku membuat beberapa usaha dari hasil deposito tabungan tersebut dan usaha tersebut cukup berhasil meskipun dimanajerin oleh orang-orang kepercayaannya. Aku hanya bisa menangis terharu mengetahui betapa besar cintanya pada kami, sehingga ketika ajal menjemputnya ia tetap membanjiri kami dengan cinta.
Aku tak pernah berpikir untuk menikah lagi. Banyaknya lelaki yang hadir tak mampu menghapus sosoknya yang masih begitu hidup di dalam hatiku. Hari demi hari hanya kuabdikan untuk anak-anakku. Ketika orangtuaku dan mertuaku pergi satu persatu meninggalkanku selaman-lamanya, tak satupun meninggalkan kesedihan sedalam kesedihanku saat suamiku pergi.
Kini kedua putra putriku berusia duapuluh tiga tahun. Dua hari lagi putriku menikahi seorang pemuda dari tanah seberang. Putri kami bertanya, “Ibu, aku harus bagaimana nanti setelah menjadi istri, soalnya Farah kan ga bisa masak, ga bisa nyuci, gimana ya bu?”
Aku merangkulnya sambil berkata “Cinta sayang, cintailah suamimu, cintailah pilihan hatimu, cintailah apa yang ia miliki dan kau akan mendapatkan segalanya. Karena cinta, kau akan belajar menyenangkan hatinya, akan belajar menerima kekurangannya, akan belajar bahwa sebesar apapun persoalan, kalian akan menyelesaikannya atas nama cinta.”
Putriku menatapku, “seperti cinta ibu untuk ayah? Cinta itukah yang membuat ibu tetap setia pada ayah sampai sekarang?”
Aku menggeleng, “bukan, sayangku. Cintailah suamimu seperti ayah mencintai ibu dulu, seperti ayah mencintai kalian berdua. Ibu setia pada ayah karena cinta ayah yang begitu besar pada ibu dan kalian berdua.”
Aku mungkin tak beruntung karena tak sempat menunjukkan cintaku pada suamiku. Aku menghabiskan sepuluh tahun untuk membencinya, tetapi menghabiskan hampir sepanjang sisa hidupku untuk mencintainya. Aku bebas darinya karena kematian, tapi aku tak pernah bisa bebas dari cintanya yang begitu tulus.

Terimakasih dan semoga teman-teman ppembaca dapat istri dan suami yang baik, aamiin...

Wednesday, November 16, 2016

Pesan Terakhir Dari Bapak



Seorang pemuda duduk di hadapan
laptopnya. Login facebook.
Pertama kali yang dia cek adalah inbox. Hari ini terlihat sesuatu yang tidak dia pedulikan selama ini. Bagian ‘OTHER’ di inboxnya. Ada dua
pesan. Pesan pertama, spam.
Pesan kedua, dia membukanya.
Ternyata pesan 3 bulan yang
lalu. Dia baca isinya:


“Assalamu'alaikum.... Ini kali pertama Bapak mencoba menggunakan facebook. Bapak coba tambah kamu sebagai teman tapi tidak bisa. Bapak juga tidak terlalu paham benda ini. Bapak coba kirim pesan ini kepada kamu.
Maaf, Bapak tidak pandai mengetik. Ini pun kawan Bapak yang mengajarkan.
Ingatkah saat pertama kali kamu punya HP? Saat itu kamu kelas 4 MI. Bapak kasian semua anak-anak sekarang punya HP.
Jadi, Bapak hadiahkan pada kamu satu. Dengan harapan kamu akan telpon Bapak kalau kamu mau cerita tentang
masalah asrama, sekolah atau apa_apa saja. Tapi, kamu hanya telpon Bapak seminggu sekali.


Tanya tentang uang makan dan jajan. Bapak berpikir juga, isi ulang pulsa 100 ribu tapi telpon Bapak tidak sampai 5 menit. Sudah habiskah
pulsanya?


Saat kamu kecil dulu, Bapak masih ingat pertama kali kamu bisa ngomong. Kamu asyik panggil, ‘Bapak. bapak, bapak’.
Bapa bahagia sekali anak lelaki Bapak panggil Bapak. Panggil Mama.
Bapak senang bisa berbicara dengan kamu walaupun kamu mungkin tidak ingat dan tidak paham apa yang Bapak ucapkan di umur kamu 4 atau 5 tahun.


Tapi, percayalah. Bapak dan Umi bicara dengan kamu banyak sekali. Kamulah penghibur kami di saat kami berduka. Walaupun hanya
dengan gelak tawamu.


Saat kamu masuk MI. Bapak ingat kamu selalu bercerita dengan Bapak ketika membonceng Sepeda dengan bapak setiap pergi dan pulang sekolah. Banyak yang kamu ceritakan pada Bapak. Tentang ibu guru, sekolah, teman-teman. Bapak jadi makin bersemangat bekerja keras mencari uang untuk biaya.kamu ke sekolah. Sebab kamu lucu sekali. Menyenangkan.
Ayah mana yang tidak gembira kalau anaknya suka ke sekolah untuk belajar.


Ketika kamu masuk MTs. Kamu mulai punya kawan-kawan baru. Kamu pulang dari sekolah, kamu langsung masuk kamar. Kamu keluar pas waktu makan saja. Kamu keluar
rumah dengan kawan-kawanmu. Kamu mulai jarang bercerita dengan Bapak. Kamu pandai. Akhirnya masuk asrama di Aliyah.


Di asrama, jarak antara kita makin jauh.
Kamu mencari kami saat perlu.
Kamu biarkan kami saat tidak
perlu.
Bapak tahu, naluri remaja.
Bapak pun pernah muda.
Akhirnya, Bapak tahu kalau ternyata kamu menyukai seorang gadis. Ketika masuk kuliah, sikap kamu sama saja dengan ketika di Aliyah. Jarang hubungi kami. Sewaktu pulang
liburan, kamu sibuk dengan HP kamu, dengan laptop kamu,dengan internet kamu, dengan dunia kamu.
Bapak bertanya-tanya sendiri dalam hati.


Adakah kawan istimewa itu lebih penting dari Bapak dan Mama mu? 
Adakah Bapak dan Mama mu cuma diperlukan saat kamu mau nikah saja sebagai pemberi restu? 
Adakah kami ibarat tabungan kamu saja?
Akhirnya, kamu jarang berbicara dengan bapak lagi.


Kalau pun bicara, dengan jari-jemari. Berjumpa tapi tak berkata-kata. Berbicara tapi seperti tak bersuara. Bertegur cuma waktu hari raya. Tanya sepatah kata, dijawab sepatah
kata. 
Ditegur, kamu buang muka. Dimarahi, kamu tidak pulang liburan lagi.


Malam ini, Bapak sebenarnya rindu sekali pada kamu. Bukan mau marah atau mengungkit-ungkit masa lalu. Cuma bapak sudah terlalu tua. Bapak sudah di penghujung usia 60 an.
Kekuatan abah tidak sekuat dulu lagi. Bapak tidak minta banyak…
Kadang-kadang, Bapak cuma mau kamu berada di sisi bapak.
Berbicara tentang hidup kamu.
Meluapkan apa saja yang terpendam dalam hati kamu.
Menangis pada bapak. 
Mengadu pada bapak. 
Bercerita pada bapak seperti saat kamu kecil dulu.


Apapun Alasannya...
Maafkan bapak atas curhat bapak ini. Jagalah sholat... 
Jagalah hati...
Jagalah Iman... 
Mungkin kamu tidak punya waktu berbicara dengan bapak. Namun jangan sampai kamu tidak punya waktu berbicara dengan Allah...
Jangan letakkan cinta di hati pada seseorang melebihi cinta kepada Allah...


Mungkin kamu mengabaikan bapak. Namun jangan kamu mengabaikan
Allah. 
Maafkan bapak atas segalanya.”


Pemuda meneteskan air mata.
Dalam hati perih tidak terkira.
Bagaimana tidak, tulisan ayahandanya itu dibaca setelah
3 bulan beliau pergi untuk selama-lamanya. Di saat tidak mungkin lagi mampu memeluk tubuh tua ayahnya...



selagia orang tua kita masi ada lunagkanlah waktu lebih bersama dengan mereka,tertawa,bercanda,bercerita dan saling bertukar pikiran...
#jangan lupa senyum...
KISAH PERJUAGAN IBU UNTUK ANAKNYA



Apa yang paling dinanti seorang wanita yang baru saja menikah ?
Sudah pasti jawabannya adalah : KEHAMILAN
Seberapa jauh pun jalan yang harus ditempuh, Seberat apa pun langkah yang mesti diayun, Seberapa lama pun waktu yang harus dijalani, Tak kenal menyerah demi mendapatkan satu kepastian dari seorang bidan: POSITIF

Meski berat, tak ada yang membuatnya mampu bertahan hidup kecuali benih dalam kandungannya. Menangis, tertawa, sedih dan bahagia tak berbeda baginya, karena ia lebih mementingkan apa yang dirasa si kecil di perutnya. Seringkali ia bertanya : menangiskah ia? Tertawakah ia? Sedihkah atau bahagiakah ia di dalam sana? Bahkan ketika waktunya tiba, tak ada yang mampu menandingi cinta yang pernah diberikannya, ketika itu mati pun akan dipertaruhkannya asalkan generasi penerusnya itu bisa terlahir ke dunia. Rasa sakit pun sirna, ketika mendengar tangisan pertama si buah hati, tak peduli darah dan keringat yang terus bercucuran.

Detik itu, sebuah episode cinta baru saja berputar. Tak ada yang lebih membanggakan untuk diperbincangkan selain anak. Tak satu pun tema yang paling menarik untuk didiskusikan bersama rekan sekerja, teman sejawat, kerabat maupun keluarga, kecuali anak.

Si kecil baru saja berucap "Ma?" segera ia mengangkat telepon untuk mengabarkan ke semua yang ada di daftar telepon. Saat baru pertama berdiri, ia pun berteriak histeris, antara haru, bangga dan sedikit takut si kecil terjatuh dan luka.

Hari pertama sekolah adalah saat pertama kali matanya menyaksikan langkah awal kesuksesannya. Meskipun disaat yang sama, pikirannya terus menerawang dan bibirnya tak lepas berdoa, berharap sang suami tak terhenti rezekinya. Agar langkah kaki kecil itu pun tak terhenti di tengah jalan. "Demi anak", "Untuk anak", menjadi alasan utama ketika ia berada di pasar berbelanja keperluan si kecil.

Saat ia berada di pesta seorang kerabat atau keluarga dan membungkus beberapa potong makanan dalam tissue. Ia selalu mengingat anaknya dalam setiap suapan nasinya, setiap gigitan kuenya, setiap kali hendak berbelanja baju untuknya. Tak jarang, ia urung membeli baju untuk dirinya sendiri dan berganti mengambil baju untuk anak. Padahal, baru kemarin sore ia membeli baju si kecil.

Meski pun, terkadang ia harus berhutang. Lagi-lagi atas satu alasan, demi anak. Di saat pusing pikirannya mengatur keuangan yang serba terbatas, periksalah catatannya. Di kertas kecil itu tertulis: 1. Beli susu anak; 2. Uang sekolah anak. Nomor urut selanjutnya baru kebutuhan yang lain. Tapi jelas di situ, kebutuhan anak senantiasa menjadi prioritasnya. Bahkan, tak ada beras di rumah pun tak mengapa, asalkan susu si kecil tetap terbeli. Takkan dibiarkan si kecil menangis, apa pun akan dilakukan agar senyum dan tawa riangnya tetap terdengar.

Ia menjadi guru yang tak pernah digaji, menjadi pembantu yang tak pernah dibayar, menjadi pelayan yang sering terlupa dihargai, dan menjadi babby sitter yang paling setia. Sesekali ia menjelma menjadi puteri salju yang bernyanyi merdu menunggu suntingan sang pangeran. Keesokannya ia rela menjadi kuda yang meringkik, berlari mengejar dan menghalau musuh agar tak mengganggu. Atau ketika ia dengan lihainya menjadi seekor kelinci yang melompat-lompat mengelilingi kebun, mencari wortel untuk makan sehari-hari. Hanya tawa dan jerit lucu yang ingin didengarnya dari kisah-kisah yang tak pernah absen didongengkannya. Kantuk dan lelah tak lagi dihiraukan, walau harus menyamarkan suara menguapnya dengan auman harimau. Atau berpura-pura si nenek sihir terjatuh dan mati sekadar untuk bisa memejamkan mata barang sedetik. Namun, si kecil belum juga terpejam dan memintanya menceritakan dongeng ke sekian. Dalam kantuknya, ia pun terus mendongeng.

Tak ada yang dilakukannya di setiap pagi sebelum menyiapkan sarapan anak-anak yang akan berangkat ke sekolah. Tak satu pun yang paling ditunggu kepulangannya selain suami dan anak-anak tercinta. Serta merta kalimat, "sudah makan belum?" tak lupa terlontar.

saat baru saja memasuki rumah. Tak peduli meski si kecil yang dulu kerap ia timang dalam dekapannya itu, sekarang sudah menjadi orang dewasa yang bisa saja membeli makan siangnya sendiri di Sekolahnya.

Hari ketika si anak yang telah dewasa itu mampu mengambil keputusan terpenting dalam hidupnya, untuk menentukan jalan hidup bersama pasangannya, siapa yang paling menangis? Siapa yang lebih dulu menitikkan air mata? Lihatlah sudut matanya, telah menjadi samudera air mata dalam sekejap. Langkah beratnya ikhlas mengantar buah hatinya ke kursi pelaminan. Ia menangis melihat anaknya tersenyum bahagia dibalut gaun pengantin. Di saat itu, ia pun sadar, buah hati yang bertahun-tahun menjadi kubangan curahan cintanya itu tak lagi hanya miliknya. Ada satu hati lagi yang tertambat, yang dalam harapnya ia berlirih, "Masihkah kau anakku?"

Saat senja tiba. Ketika keriput di tangan dan wajah mulai berbicara tentang usianya. Ia pun sadar, bahwa sebentar lagi masanya kan berakhir. Hanya satu pinta yang sering terucap dari bibirnya, "Bila ibu meninggal, ibu ingin anak-anak ibu yang memandikan. Ibu ingin dimandikan sambil dipangku kalian". Tak hanya itu, imam shalat jenazah pun ia meminta dari salah satu anaknya. "Agar tak percuma ibu mendidik kalian menjadi anak yang shalih & shalihat sejak kecil," ujarnya.

Duh ibu, semoga saya bisa menjawab pintamu itu kelak. Bagaimana mungkin saya tak ingin memenuhi pinta itu? Sejak saya kecil ibu telah mengajarkan arti cinta sebenarnya. Ibulah madrasah cinta saya, Ibulah sekolah yang hanya punya satu mata pelajaran, yaitu "cinta". Sekolah yang hanya punya satu guru yaitu "pecinta". Sekolah yang semua murid-muridnya diberi satu nama: "anakku tercinta".

Terimakasih...
Jangan Lupa Senyum...

Tuesday, November 15, 2016

Toleransi


Mari saling menghargai dan saling menjaga kita beda tapi memiliki banyak persamaan

 Matahari belum sepenuhnya terbangun. Pandangan masih samar. Dan banyak orang masih mengantuk. Tapi suara takbir itu seperti tak lelah mengangkasa. Melafalkan kebesaran namaNya. Takbir itu sudah bergema semenjak petang kemarin.

Pada dingin subuh yang menusuk tulang itu, warga mulai berdatangan.  Susul menyusul. Hari itu, Minggu 5 Oktober 2014, jamaah bersiap sholat Idul Adha. Hamparan sajadah sudah memenuhi pelataran Masjid. Barisan jamaah menyemut. Hingga  tak ada lagi ruang tersisa.

Dan jarum jam terus berderap ke bilangan 6 lewat 30 menit.  Gelombang jamaah terus mengalir. Tak ada lagi tempat. Ruas jalan harus dipakai. Dan terpaksa jamaah lalu meluber hingga jalan.

Gelombang 30 ribu jamaah pagi pagi itu tetap saja tidak tertampung. Padahal sudah bersesakan. Daya tampung Masjid Jami itu memang cuma 3.000 orang. Lalu jalur depan jalan Gereja GPIB itu pun dijadikan tempat sholat. Kini, jamaah sudah menemukan tempat.

Lantunan takbir lambat laun semakin pelan. Lalu, Ketua Takmir Masjid Agung Jami, Zainuddin A. Muhit naik mimbar. Ucapan selamat datang dan pujian meluncur dari pensiunan dosen ini. Dia menyampaikan ucapan dirgahayu kepada TNI, yang hari itu merayakan hari jadi. " Saya juga berterimakasih dan saya meminta maaf kepada GPIB Emmanuel,” kata pria berusia 75 tahun ini.

Zainudin merasa harus meminta maaf kepada umat Kristen GPIB. Ribuan jamaah salat Idul Adha yang meluber ke jalan itu membuat jadwal kebaktian di gereja itu molor. Jalan tak bisa dilewati. Lazimnya mereka merayakan kebaktian pukul 8 pagi.

" Bukan masalah banyak atau sedikit umat, saya pribadi andaikan merasa terganggu juga harus meminta maaf," ujar Zainudin yang telah aktif di masjid itu semenjak 1980-an.

Sesudah salat pagi itu, takbir kembali bergema, dan permintaan maaf Zainudin bergema di media sosial, dunia maya yang dihuni jutaan orang Indonesia. Media massa online menulis kisah ini dengan penuh sanjungan.

Pada Fan Page Facebook  sebuah laman lokal di Surabaya, artikel ini disukai 34 ribu orang. Di-share 2.776. Dan semua itu terjadi dalam tempo yang sangat singkat. Dalam hitungan hari, jagat maya ramai dengan permintaan maaf ini.

*****

Kisah yang menyejukan seperti ini sesungguhnya sudah sering terjadi di tengah masyarakat. Saling tolong, saling menjaga. Pada beberapa kali perayaan agama Kristen, misalnya, entah Natal atau Paskah, sejumlah Ormas Islam juga ikut menjaga keamanan.

Lihatlah yang terjadi di Majalengka. Sejumlah anggota Ormas Islam di sana,  pernah ikut membantu aparat kepolisian menjaga keamanan kebaktian Natal.  Bantuan yang sama juga pernah diberikan oleh Ormas Islam di Makasar, Sulawesi Selatan.

Kisah sejumlah Ormas Islam yang ikut membantu pengamanan Natal, bukanlah cerita baru. Di Jakarta, Ormas Islam seperti Banser, sudah rutin ikut menjaga keamanan acara Natal di sejumlah gereja. “ Secara rutin ormas-ormas turut membantu,” kata Kabid Humas Polda Metro Jaya, Rikwanto, pada Natal 2013 lalu.

Di Jawa Timur, Banser bahkan mengerahkan 25 ribu anggotanya untuk mengamankan Natal pada 2013 lalu. “ Kami berkordinasi dan memerintahkan semua personel Banser untuk terjun langsung menjaga gereja-gereja yang tersebar di Jawa Timur,” kata Ketua GP Ansor Jatim, Alva Isnaeni, Desember 2013 lalu.

Di berbagai daerah lain di Indonesia, sejumlah Ormas Islam juga turun menjaga keamanan hari raya sejumlah agama. Di Semarang, Jawa Tengah, di Yogyakarta dan beberapa daerah lain.

Selain sikap spontan warga, banyak juga tokoh agama yang mendorong sikap saling tolong menolong seperti ini.

Dan bukan cuma di Indonesia, di banyak Negara, sikap saling tolong itu juga muncul di tengah masyarakat. Dan pada jaman digital seperti ini, sikap itu cepat menyebar ke seantero bumi lewat sosial media.

Lihatlah kisah dari Negeri Kanguru ini. Di tengah ancaman rasial, yang muncul setelah aksi penyanderaan di sebuah Café di Sydney, aksi kemanusiaan dan tolerasi muncul secara spontan di tengah masyarakat.

Jagat maya ikut membawa pesan kedamaian melewati ambang negara. Hastag #Illridewithyou menjadi trending topik di dunia. " ....tiba-tiba wanita muslim yang duduk disampingku di sebuah kereta pelan-pelan melepaskan hijabnya," ujar Rachel Jacobs, seorang wanita yang juga menumpang kereta itu.

Rachel adalah seorang wanita biasa di kota. Warga Australia, yang jauh dari hinggar binggar politik. Dia tak tega melihat wanita itu melepas hijabnya. " Saya berlari mengejarnya di stasiun kereta. Saya berkata, pakai kembali hijabmu. Saya akan berjalan denganmu. Perempuan itu mulai menangis dan memelukku selama satu menit," begitu dia menulis di lini masanya di Twitter.

Aksi Rachel itu ditangkap oleh penguna social media yang lain, Tessa Kum, seorang warga keturunan China. Dialah yang menciptakan hastag #Illridewithyou. Hastag itu dengan segera menjadi trending topic di dunia.

Warga yang lain, Stephani Speirs, kemudian menciptakan pin bertuliskan #Illridewithyou itu. Ribuan pin itu disebar di stasiun kereta. Gerakan ini dengan cepat menyebar. Ribuan orang di jalanan memakai pin itu.

*****

Toleransi di sejumlah tempat memang menjadi barang langka. Di banyak Negara, termasuk di Negara-negara barat. Bahkan di Amerika Serikat yang kerap disanjung sebagai pendekar demokrasi di muka bumi ini.

Dirjen UNESCO, PBB, Irina Bokova, bahkan mengakui prinsip toleransi belakangan ini menjadi sangat relevan  dibandingkan periode-periode sebelumnya, oleh karena tekanan terhadap  keberagaman semakin kuat.

Sekjen PBB, Ban Ki-Moon pun mengakui jika umat manusia saat ini hidup dalam era dimana kekerasan tumbuh subur.  " Saat ini lebih banyak manusia terusir akibat perselisihan dibandingkan periode-periode sebelum Perang Dunia II," tegas Ban Ki-Moon.

Meski begitu, warga dunia sesungguhnya punya cara sendiri untuk saling menjaga. Kerukunan yang ditunjukan Zainudin di Malang, sejumlah Ormas Islam yang menjaga gereja, dan spontanitas warga Australia lewat  #Illridewithyou yang menjadi bukti sikap saling menjaga itu.

Sebuah Gereja National Cathedral Washington menyediakan tempatnya untuk salat Jumat bagi umat muslim Amerika Serikat pada Lebaran tahun ini. Fenomena langka dikala isu agama begitu kental usai serangan Menara Kembar, World Trade Center (WTC), 9 September silam.

Dan hari-hari ini, di Palestina –negeri yang berpuluh tahun menjadi korban keberingasan militer Israel- aparat kepolisian dan tentara berbaris menjaga keamanan, demi lancarnya acara Natal umat Nasrani. 

Mari saling menghargai dan saling tolong menolong tanpa melihat latar belakang dari sesorang..
Jangan lupa senyum :)
CERMIN KEHIDUPAN
Jangan Membandingkan Diri Anda Dengan Orang Lain Yang Jauh Lebih Baik Karna Potensi Diri Anda Lebih Baik...




Ketika Anda Melihat Orang Lain...
●Aku melihat hidup orang lain begitu nikmat, Ternyata ia hanya menutupi kekurangannya tanpa berkeluh kesah..
●Aku melihat hidup teman2ku tak ada duka dan kepedihan, Ternyata ia hanya pandai menutupi dengan mensyukuri..
●Aku melihat hidup saudaraku tenang tanpa ujian, Ternyata ia begitu menikmati badai ujian dlm kehidupannya..
●Aku melihat hidup sahabatku begitu sempurna, Ternyata ia hanya berbahagia "menjadi apa adanya"..
●Aku melihat hidup tetanggaku beruntung, Ternyata ia selalu tunduk pada Allah untuk bergantung..
●Maka aku merasa tidak perlu iri hati dengan rejeki orang lain..
Mungkin aku tak tahu dimana rejekiku.. Tapi rejekiku tahu dimana diriku..
●Dari lautan biru, bumi dan gunung, Allah telah memerintahkannya menuju kepadaku...
●Allah yang Maha pengasih menjamin rejekiku, sejak 9 bulan 10 hari aku dalam kandungan ibuku..
●Amatlah keliru bila berkeyakinan rejeki dimaknai dari hasil bekerja.. Karena bekerja adalah ibadah, sedang rejeki itu urusan-Nya..
●Melalaikan kebenaran demi menghawatirkan apa yang dijamin-Nya, adalah kekeliruan berganda..
●Manusia membanting tulang, demi angka simpanan gaji, yang mungkin esok akan ditinggal mati..
●Mereka lupa bahwa hakekat rejeki bukan apa yang tertulis dalam angka, tapi apa yang telah dinikmatinya..
●Rejeki tak selalu terletak pada pekerjaan kita, sang Pencipta menaruh berkat sekehendak-Nya..
Ikhtiar itu perbuatan..
Rejeki itu kejutan..
●Dan yang tidak boleh dilupakan, tiap hakekat rejeki akan ditanya kelak..
"Darimana dan digunakan untuk apa" Karena rejeki hanyalah "Hak Pakai", bukan "Hak Milik"... Jangan lupa menjadi manfaat bagi orang lain ....

Terimakasih...
Jangan Lupa Senyum...
#top-social-profiles{height:42px;text-align:right}#top-social-profiles img{margin:0 6px 0 0px !important} #top-social-profiles img:hover{opacity:0.8} #top-social-profiles .widget-container{background:none;padding:0;border:0} .social-profiles-widget img{margin:0 6px 0 0} .social-profiles-widget img:hover{opacity:0.8}
.tombol { -webkit-transition-duration: 0.8s; -moz-transition-duration: 0.8s; -o-transition-duration: 0.8s; transition-duration: 0.8s; -webkit-transition-property: -webkit-transform; -moz-transition-property: -moz-transform; -o-transition-property: -o-transform; transition-property: transform; overflow: hidden; } .tombol:hover { -moz-transform: rotate(360deg); -webkit-transform: rotate(360deg); -moz-transform: rotate(360deg); -ms-transform: rotate(360deg); -o-transform: rotate(360deg); transform: rotate(360deg); }